Posted by : Zahara Nisa F
Jumat, 27 Juni 2014
Assalamualaikum
wr.wb.
Ogenki
desu ka? Hirashiku aimasen deshita, ne. ^^
Lagi
dan lagi, dilapak ini, saya ingin menorehkan senoktah harapan melalui
puisi-puisi saya yang mungkin mempunyai sangat banyak kekurangan. Bagi saya,
puisi adalah segalanya. Seperti yang dikatakan oleh William Wordsworth; “Puisi
adalah luapan spontan dari perasaan yang penuh daya, memperoleh rasanya dari
emosi atau rasa yang dikumpulkan kembali dalam kedamaian”. Lewat puisi, saya
bisa mengungkapkan apapun yang tak bisa diungkapkan oleh lisan, mengungkapkan
sesuatu yang terpendam, dan mengungkapkan apa yang menghantui pikiran.
Dan
di bawah ini adalah puisi yang saya buat sekitar 6 bulan lalu, puisi yang saya
persembahkan untuk Bapak Sutomo, guru Bahasa Jawa yang saat itu barusaja purna
tugas. Juga untuk ibu Dede Nurdiawati, guru Bahasa Inggris yang saat itu harus
mengajar di salah satu perguruan tinggi di daerah kami, sehingga dengan berat
hati harus meninggalkan SMP kami tercinta. Hari itu, kami kehilangan dua guru
bahasa hebat. Dan hari itu juga kami, khususnya saya telah mengerti makna
sebuah perpisahan. Selamat membaca :)
Sajak Untuk Sebuah Perpisahan
Oleh :
Zahara Nisa Fadila ( Aurelia Aurora = penname)
Desau
angin terdengar merintih
Menghantam
seluruh pilu dalam pelupuk
Menggelayut
dalam puing-puing asa yang nyaris rapuh
Saat
mata dan mata saling melepas ikatannya.
Berjam-jam,
bahkan berhari-hari
Kutapaki
jalan ini bersama kau, insan tanpa tanda jasa
Yang
selalu menyibak kegelapan di celah-celah pikiran
Atau tak
henti menguras keringat untuk sebuah pengabdian
Melodi
itu, kini hanya sebagai sayup-sayup samar
Sorak
tepuk tangan seakan tenggelam
Dan
sepintai senyum pada akhirnya menjelma tangis
Tuhan..
mengapa secepat ini?
Tuhan..
mengapa sesingkat ini?
Tak terhitung berapa banyak kata yang kau ucap
Tapi,
apa kami pernah berfikir tentang itu?
Seuntai
kata maaf tak pernah sebanding,
dengan
berapa kali lisan ini menorehkan luka dalam hatimu
Guruku..
Kau
tetap jadi awan peneduh
Meski
seringkali gelap merenggut
Maka
biarkan kami menjadi bintang-bintang
Yang
akan selalu menerangimu dalam temaram
Selamat
jalan guruku..
Puisi diatas pernah dibacakan di
depan kakak kelas dan teman teman setelah upacara bendera. Bukan saya yang
membacakannya, meski begitu saya tetap merasa takut, malu. Namun berkat
penghayatan yang luar biasa dari sang pembaca, Alhamdulillah pembacaan puisi
tersebut bisa berjalan dengan lancar. Saya luar biasa senang. Itulah
kebahagiaan yang sesunggunghnya, sesungguhnya.
Mohon
kritik dan saran,
Silahkan
kirim via email zaharanissaff@gmail.co.id
Atau via
inbox di akun facebook saya: Zahara Nisa Fadila
Atau
juga melalui Direct Message dan mention twitter di @zahara_barcelon
Atau
silahkan langsung tulis di kolom komentar di bawah ini,
Arigatou
gozaimasu ^^ Mata aimashoo~
Wasaalamualaikum
wr.wb
#OutOfTopic #dibakar
BalasHapusZahara ... follow to follow blog yuk :"3
Aku udah follow blogmu, follback blogku yak wkwkwkwk
Btw, blogku ganti URL ;______; Here is it -->> fuyuhanacherry.blogspot.com
Jaa~ '3')/ #dibalangkelapa
Oalah, Ul aku baru buka blognya sekarang :v baru baca komen kamu .-.
BalasHapusoke tungguuuu yaaaaa :^^