Archive for Juni 2016
Sebuah Cerpen; Laki-laki yang Hatinya Masih Tertinggal di Masa Lalu
By : Zahara Nisa F
Title : Laki-laki yang Hatinya Masih
Tertinggal di Masa Lalu (Sekedar Percakapan)
Genre : Romance, Friendship
Author : Zahara Nisa Fadila
---
Happy reading,
readers!
---
“Bagaimana
mungkin aku hendak bertahan mencintai seseorang yang hatinya masih sibuk
berjibaku dengan masa lalu?” –Ra
---
“Ra, sudahlah, jangan terlalu dalam
memaknai sebuah kejadian,” Denissa entah bagaimana sudah berdiri di sampingku.
Aku patah-patah menoleh. Lantas, meski sedikit dipaska, aku mencoba menyulam
senyum termanisku. Yang aku yakin itu adalah salah satu jenis senyum palsu
terbaik sepanjang masa.
Aku
tidak tahu bagaimana gadis berrambut sebahu ini bisa menemuiku. Yang jelas,
terlepas dari betapa rahasianya tempat yang kupilih untuk bersembunyi, gadis
yang kini tengah berdiri di sampingku memang sepertinya memiliki semacam
kemampuan untuk mengetahui banyak hal tentangku. Pun untuk membaca
pertanda-pertanda atas segala hal yang tengah mati-matian kusembunyikan.
“Berhenti
menghindar, Ra. Dengan menghindar, kamu bukannya menjadi lebih baik, malah
sebaliknya, kamu akan semakin patah. Aku tahu itu.”
Aku
mengangguk. Denissa benar. Faktanya saat ini aku bukannya semakin membaik
justru aku semakin kacau.
“Semakin
jauh kamu menghindar, kamu akan semakin hancur, Ra.”
Aku
mengangguk (lagi). Denissa benar. Dia pandai sekali membuat argumen-argumen
yang benar.
“Oke,
jadi sekarang, bersediakah kamu menceritakan semuanya padaku?”
Aku
menarik nafas panjang, lantas menghembuskannya pelan-pelan seraya berharap
semoga air mataku tidak luruh untuk kali ini. Semoga, aku bisa menceritakkan
pada Denissa dengan perasaan yang lebih lega.
“Denissa,
seperti yang selalu kuceritakan padamu, aku ini mudah sekali jatuh cinta….sekaligus
mudah sekali patah hati.” begitulah aku memulai kalimat pertamaku. Denissa
tampaknya sudah mulai paham ke arah mana pembicaraan ini. Namun meski begitu, aku
mencoba tetap memperlambat laju kalimat-kalimatku, memastikan tidak ada
detail-detail yang terlewat.
Dan
begitulah aku mulai bercerita. Kupikir Denissa sudah mulai mengerti. Cerita ini
adalah cerita tentang aku, Akbar, dan sekeping masa lalu milik laki-laki itu.
Pernahkah
kamu merasakan jatuh cinta pada laki-laki yang membingungkan? Maksudku,
laki-laki itu terkadang menampakkan sekali dirinya menyukaimu, tapi dalam
beberapa waktu kamu justru merasa bahwa laki-laki itu sangat tidak terjamah. Artinya,
ada kekuatan lain yang menarik laki-laki itu sehingga tampak menjauh darimu.
Jika
kamu pernah merasakan hal-hal seperti demikian, mungkin kamu pernah menjadi
aku. Yup, tepat! Saat ini, aku tengah mengalami detail kejadian itu. Jatuh
cinta pada laki-laki yang hatinya entah tertinggal di mana.
“Hei,
memangnya apa yang Akbar katakan padamu, Ra?”
“Dia
tidak mengatakan apapun, akulah yang mengetahui dengan sendirinya.”
Angin
berhembus sepoi-sepoi. Menerbangkan ujung rambut Denissa yang dibiarkannya
tergerai.
“Denissa,
bukankah menyakitkan apabila seorang wanita tahu bahwa dirinya bukanlah satu-satunya
dalam kehidupan seseorang? Bahwa dirinya, bukanlah satu-satunya bunga yang
merekah dalam hati seseorang. Bahwa di samping dirinya, ada bunga lain yang
lebih elok, lebih harum, lebih menawan, dan bunga itu jauh lebih menarik.” Aku menyadari
betapa paraunya suaraku saat menganalogikan diriku menjadi sebuah bunga yang
kalah indah dengan bunga lain. Dan secara ajaib, aku jadi terisak sendiri.
“Siapa
‘Bunga Lain’ yang kau maksud, Ra?”
“Wanita
masa lalu Akbar. Kupikir Akbar belum bisa berdamai dengan masa lalunya.”
“Jadi,
itu alasanmu kabur dari kita semua? Menghilang dan bersembunyi di tempat
sekonyol ini? Kamu hanya sedang cemburu, Ra. Tidak usah berlaku bodoh.”
Aku
menunduk, membiarkan tetes pertama air mataku luruh menyapu tanah. Ini menyakitkan,
demi apapun ini menyakitkan!
“Bagaimana
mungkin aku tidak cemburu? Wanita itu sungguh jauh di atasku, membuatku sadar
bahwa aku bukanlah kriteria yang pas untuk Akbar. Bahwa wanita itu jauh lebih
pantas untuk Akbar dibanding diriku yang hanya remah.”
Denissa
menggerutu, “Tetapi bukan berarti kamu lantas jadi menyerah, dong? Biar bagaimana
pun, wanita itu tetap masa lalunya Akbar. Masa lalu tidak akan pernah kembali,
bukan?”
“Terkadang
masa lalu justru bisa menjelma menjadi masa depan, Denissa.”
Denissa
berdecak. Dipijat-pijatnya dengan pelan keningnya yang berkerut-kerut. Dia mungkin
tidak habis pikir pada aku yang mendadak menjadi semenyebalkan ini.
“Ra,
bertahan… Jangan menyerah hanya karena urusan sepele.”
“Bagaimana
mungkin aku hendak bertahan mencintai seseorang yang hatinya masih sibuk
berjibaku dengan masa lalu? Hati Akbar, masih tertinggal di masa lalu, Denissa.”
Aku
tidak tahu apa yang saat ini tengah dipikirkan Denissa. Mungkin, dia berpikir
betapa kekanak-kanakkannya aku. Betapa bodohnya diriku yang terlalu serius
menganggap sesuatu. Betapa konyolnya diriku yang mencoba menyerah hanya karena
urusan rasa cemburu. Tapi apapun itu, aku tidak peduli. Sekali cemburu, maka
aku akan terus dihantui perasaan menyakitkan macam itu.
“Ra,
biar kuberitahu kau satu hal. Jangan pernah berharap menjadi satu-satunya dalam
kehidupan seseorang, jangan pernah berharap menjadi satu-satunya bunga yang
merekah di dalam hati seseorang. Sebab, semua itu nyaris mustahil. Tapi berharaplah
agar di antara banyak bunga yang lebih indah, banyak bunga yang lebih elok,
kamu tetap menjadi bunga yang difavoritkan Akbar. Percayalah, terkadang sesuatu
yang difavoritkan tidak melulu harus sesuatu ‘yang paling indah’. Contohnya aku,
aku favorit sekali dengan kentang goreng, padahal banyak makanan yang lebih
mewah daripada itu kan?” Denissa mengusap bahuku secara seirama.
“Tapi
Denissa, adakah kemungkinan bahwa aku bisa menjadi bunga favoritnya?”
“Selalu
ada.”
Ada
yang berdesir di hatiku. Entah bagaimana, harapan-harapan yang kemarin layu,
secara perlahan, harapan-harapan itu kembali bernyawa. Ada kekuatan kecil yang
mendorongku agar kembali menumbuhkan harapan.
“Lagian,
Ra. Hakikat mencintai seseorang adalah ketika kita tahu banyak sekali alasan
untuk pergi, tetapi kita memilih untuk tetap tinggal, tetap memutuskan untuk
bertahan. Ini bukan masalah kekuatan cinta yang telah membutakan mata kita,
tetapi memang begitulah, terkadang tingkatan jatuh cinta paling tulus adalah
jatuh cinta yang tidak pernah pamrih mengharapkan apapun lagi. Kita hanya jatuh
cinta, terlepas dari dia yang hendak membalas perasaan itu atau tidak, itu
bukan suatu masalah. Kita hanya jatuh cinta, begitu saja, titik.”
Aku
tidak tahu dari mana Denissa mendapat kalimat-kalimat itu. yang jelas, mungkin
dirinya benar.
Aku
menatap ke arah ombak yang berkejaran. Lantas secara ajaib, aku jadi tersenyum.
Dan senyum ini sungguh bukan senyum palsu. Ini senyum yang tulus.
“Denissa,
terimakasih sudah menemukanku di sini dan mengatakan itu semua.” Aku tersenyum
lagi. Hingga aku menjadi sedikit curiga, jangan-jangan aku sedang terkena
syndrom ‘terus menerus tersenyum tanpa alasan’.
Ah
tapi tidak, senyumku ini, sungguh beralasan.
Aku
mungkin akan berdarah-darah setiap kali menyaksikan Akbar dijerat masa lalunya,
aku mungkin akan cemburu setiap kali Akbar tertarik pada bunga lain yang lebih
menawan. Tapi, aku berjanji akan membuktikan, bahwa cintaku memang tulus! Tidak
peduli berapa banyak alasan yang mendesakku untuk pergi, aku akan tetap
tinggal. Tidak peduli berapa kali aku harus tersakiti, membereskan kembali
puing-puing yang berantakkan selepas dihancurkan, aku akan tetap mencoba untuk
terus berdiri.
Hingga
nanti, ketika perasaan itu harus memudar dengan sendirinya. Dipudarkan oleh
waktu.
Namun,
sebelum waktu benar-benar memudarkannya, bisakah aku terus bertahan?
Aku
tersenyum, lagi-lagi bukan senyum palsu.
Cinta
yang tulus, tidak pernah pamrih mengharapkan balasan.
---
Brebes, 24 Juni
2016
Mendekati
penghujung bulan Juni.
#Ikan_Mas
Mengapa Kita Harus Gemar Membaca?
By : Zahara Nisa F
Good evening,
readers!
Setelah lebih
dari setahun saya ditimpa kebimbangan akibat blog yang error, akhirnya, secara
ajaib blog ini kembali normal lagi dengan cara yang mungkin sulit dipahami
nalar manusia. What a lucky! Saya seneng banget.
Oke, untuk
merayakan kembalinya blog ini ke tangan saya, saya pengen ngepost satu buah
artikel yang mungkin agak gaje, but seriously, you have to read it!
Kata pepatah,
orang-orang yang pengen jadi penulis, dalam hidupnya, harus punya semacam
jurnal atau diary. Dan inilah, selamat datang di catatan kehidupan saya!
Welcome to my
blog, welcome to my kingdom! Seperti yang selalu dikatakan oleh kakak saya,
hidup menyimpan kisah yang bisa dituliskan. So, happy reading!^^
***
Kenapa Kita Harus Gemar Membaca?
Pada kesempatan kali ini, saya mau
berbagi ke temen-temen seputar pentingnya membaca bagi kehidupan. Oke, mungkin
agak lucu juga karena faktanya saya sendiri masih belum bisa dimasukkan dalam
kategori gemar membaca, but, nggak ada salahnya kan? Wkwk.
Oke langsung saja, di bawah ini,
saya tulisin beberapa statement yang bisa dijadikan acuan buat temen-temen
supaya jadi gemar membaca. Diantaranya mungkin ada yang bener, ada juga yang
enggak, semua balik lagi ke keterbatasan pengetahuan saya. Jadi kalo sekiranya
ada kesalahan, temen-temen enggak usah segan-segan buat memberi masukan^_^
Kenapa sih kita harus gemar
membaca?...
- Membaca = Mengisi Ulang Kosa Kata
Diakui atau tidak, membaca adalah
kegiatan untuk mengisi ulang kosa kata. Dengan membaca, kosa kata kita secara
otomatis akan bertambah sehingga kualitas kita dalam menyusun kata akan menjadi
lebih baik. Perhatiin deh, orang yang gemar membaca pasti apa yang dia omongin
dan apa yang dia tulisin berbeda dengan orang yang tidak gemar membaca. Orang yang
gemar membaca, kata-kata yang dihasilkannya akan lebih berbobot, dan tidak
monoton, artinya dia memiliki perbendaharaan kata yang baik sehingga ketika
berbicara kalimatnya tidak membosankan.
“Ra,
kalo baca-baca status doi itu bisa nambah perbedaharaan kata nggak?” || *Tepuk
jidat*
Ya…
gimana yah, kalo baca status doi sih bukannya nambah perbendaharaan kata, malah
nambah perbendaharaan perasaan(?) #duar
Bercanda
bercanda hehe, tergantung doinya sih kalo menurut saya. Kalo doinya suka bikin
status yang panjang-panjang, yang ada muatannya(?) nggak ada salahnya juga
dibaca. Siapa tahu kita jadi lebih memahami doi kita(?) #ditimpukin
- Membaca Menambah Wawasan
Saya
rasa, kalo urusan ini sih temen-temen sudah pada tahu ya. Membaca menambah
wawasan, betul sekali! Dengan membaca, sendi-sendi pengetahuan bisa kita selami.
Dengan membaca juga, kita mampu mengerti hal-hal yang sebelumnya belum pernah
kita mengerti.
Contohnya
dengan membaca buku ‘Tips Memahami Doi’ maka kita kan tahu bagaimana cara-cara
jitu dalam memahami doi.
“Ra,
perasaan dari tadi doi doi mulu.” || *nyengir*
- Membaca = Bertamasya Keliling Dunia
Pernah tidak kalian merasa sedang ada di
suatu tempat tetapi sebenarnya yang kalian lakukan hanya duduk? Jika pernah,
saya tebak pasti saat itu kalian sedang membaca!
Membaca membuat pikiran kita berkelana
ke antah berantah (?). Terlebih jika yang dibaca adalah sebuah karya fiksi,
kita akan diajak menjelajahi dunia imajinasi yang andai kata diibaratkan
keindahannya, maka tidak ada yang mampu mengibaratkan.
Menyenangkan sekali bukan? Dengan membaca, patokan jarak dan waktu sudah
tiada lagi berarti. Yang jauh akan terasa dekat.
“Wah Ra, kayak baca chat dari doi dong. Meski
pun dia jauh, dengan membaca chat dia, rasanya dia semakin dekat.” || *nangis*
Membaca membuat kita mengerti suatu
kondisi di suatu tempat nun jauh di sana, padahal kita sama sekali belum pernah
mengunjungi tempat tersebut. Contohnya? Kita membaca suatu artikel tentang
bunga Sakura, maka kita akan tahu bahwa bunga Sakura itu berwarna pink,
terdapat di negara Jepang, padahal kan kita sama sekali belum pernah pergi ke
Jepang?
Contoh lagi, kita membaca artikel
tentang luar angkasa, maka meskipun kita belum pernah menjadi astronot, kita
akan tahu bahwa luar angkasa itu hampa udara.
Ya gitu gitu deh. Keren nggak? Keren sekali.
Padahal modal yang kita keluarkan sedikit, tapi kita mampu meraih banyak.
Prinsip ekonomi! *sok tahu*
Nah itu dia temen-temen, alasan yang
bisa menjadi acuan agar temen-temen bersedia gemar membaca. Ayo, mulai dari
sekarang budayakan membaca, agar kita mampu tumbuh menjadi insan yang
berpengetahuan. Kan romantis gitu, dibesarkan oleh aksara *ea
Nah kiranya, sekian artikel dari
saya. Meskipun agak-agak nggak jelas, tapi saya harap ini bermanfaat buat kita.
(helaww kita?)
Akhir
kata, ikuti terus postingan-postingan saya selanjutnya ya. InsyaaAllah
kedepannya saya bakal update hal-hal yang mungkin menarik(?)
Untuk
teman-teman yang memiliki saran bahasan, semisal idea tau sebagainya. Bisa kirim
sarannya di email saya: zaharanisafadila@gmail.com
Yokay, that’s all.
Thanks and see you!
Brebes, 21 Juni 2016
#Ikan_Mas